PALANGKA RAYA - Seperti yang kita ketahui bahwa Sistem Bioflok merupakan sistem budidaya yang memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas sehingga terkesan hemat sumberdaya air serta teknologi budidaya secara intensif melalui rekayasa lingkungan yaitu mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme, Jumat (02/10/2020).
Baca juga : Billy Mambrasar Kunjungi Lokasi Pembudidayaan Ikan Dengan Sistem Bioflok di Kota Cantik
Berikut kelebihan sistem budidaya Bioflok menurut Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Ir. H. Darliansjah, M. Si. :
1. Dapat meningkatkan kelangsungan hidup atau survival rate (SR) hingga 90% dan tanpa pergantian air. Air hasil budidaya ikan dengan sistem bioflok tidak berbau, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan dapat disinergikan dengan budidaya tanaman misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini dikarenakan adanya mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.
2. Feed Conversion Ratio (FCR) atau perbandingan antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomass) yang dihasilkan pada ikan lele mampu mencapai angka 0,8 artinya pakan sangat efisien untuk menghasilkan 1 kg ikan lele hanya membutuhkan 0,8 kg pakan. Jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa FCRnya mencapai angka 1,2.
3. Untuk ikan lele padat tebar dapat ditingkatkan dari 100 ekor/m kubik menjadi 1000 ekor/m kubik.
4. Waktu pemeliharaan juga dapat dipersingkat menjadi 70-90 hari saja dari sebelum 90-120 hari pada budidaya ikan lele sistem bioflok.
5. Ikan lele dari hasil budidaya sistem bioflok lebih gemuk sebagai hasil pencernaan makanan yang optimal. Komposisi daging atau karkasnya lebih banyak, juga kandungan air dalam dagingnya lebih sedikit. #liputansbm
Penulis : Antonius Sepriyono