Palangka Raya - Antusias masyarakat kota Palangka Raya untuk melihat gerhana bulan atau yang sering disebut dengan Blood Moon begitu tinggi itu terlihat saat gerhana bulan tersebut pada posisi tertutup semua atau kita sebut puncak gerhananya tepat pukul 18:18 WIB pada tanggal 26 Mei 2021 malam.
kuno dikutip dari salah satu laman media Nasional, saat fenomena gerhana bulan di jaman dulu sering dikaitkan dengan hal-hal yang gaib sehingga tradisi di Jawa orang-orang akan membunyikan segala macam bunyi karena menurut mereka gerhana bulan itu terjadi karena bulan hendak ditelan oleh Batara Kala dan Gerhana bulan menurut Mitos Jawa Kuno menyatakan Batara Kala menelan Bulan atau Matahari dan menyebabkan gerhana, keriuhan bakal terdengar di tiap kampung jika terjadi gerhana. Lesung, kentongan, tampah dan alat lainnya bakal dipukul berulang agar Betara Kala memuntahkan kembali Bulan atau Matahari, tradisi ini disebut dengan Tradisi kothekan.
Terlepas dari itu semua kita semua tahu bahwa Gerhana Bulan total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini membuat Bulan masuk ke umbra Bumi. Akibatnya, saat fase totalitas gerhana terjadi Bulan akan terlihat kemerahan.
Media Liputan SBM mencoba berbincang dengan salah satu warga Kota Palangka Raya yakni Upik warga di jalan Jendral Soedirman yang kebetulan melihat fenomena alam yang jarang terjadi ini, dia mengatakan di zaman dia masih kecil dulu kata nenek nya kalau terjadi gerhana bulan disuruh menggerakan pohon buah agar pohonnya berbuah banyak.
"Waktu aku kecil dulu saat gerhana bulan seperti ini kami pasti disuruh menggerakan pohon buah agar pohonnya berbuah banyak" ucapnya sambil tertawa saat berbincang dengan awak media Liputan Sbm. #liputansbm
Pewarta : Andy Ariyanto
Editor : Rizaldi