Palangka Raya - Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020, tentang vaksin Covid-19 yang dapat beredar di Indonesia, vaksin-vaksin tersebut yakni, vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma, Oxford-AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac. Selasa, 03/08/2021.
Kemenkes telah menetapkan tujuh vaksin tersebut yang akan digunakan dalam program vaksinasi guna memutus rantai penyebaran virus Corona di Indonesia. Untuk mengetahui apa saja perbedaan vaksin-vaksin COVID-19 tersebut, simak artikel berikut.
Berikut adalah beberapa perbedaan vaksin-vaksin COVID-19 yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Vaksin Sinovac
Nama vaksin: CoronaVac
Negara asal: China
Bahan dasar: virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated virus)
Uji Klinis: fase III (selesai)
Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile
Usia peserta: 18–59 tahun
Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari
Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)
Vaksin Sinovac telah melampaui standar minimal 50% yang ditetapkan oleh WHO dan FDA. Vaksin ini juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Setelah disuntikkan, virus yang tidak aktif pada vaksin ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus Corona secara spesifik. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa melawannya dan mencegah terjadinya penyakit.
Kemungkinan terjadinya infeksi atau penyakit COVID-19 yang bergejala pada orang yang sudah divaksin dengan vaksin Sinovac bisa turun sebesar 65%.
Sebagai ilustrasi, jika tadinya ada 9 juta orang yang bisa terinfeksi dan masuk rumah sakit karena COVID-19, setelah pemberian vaksin ini jumlahnya bisa berkurang menjadi hanya 3 juta orang. Sementara pada skala individu, risiko orang yang sudah divaksin akan menjadi 3 kali lebih rendah untuk mengalami sakit karena COVID-19.
Vaksin ini juga dinilai aman, sebab efek samping yang bisa muncul hanya bersifat ringan dan sementara, misalnya nyeri di lokasi penyuntikan, nyeri otot, dan sakit kepala. Efek samping yang paling banyak terjadi adalah nyeri di lokasi penyuntikan dan rata-rata hilang dalam 3 hari.
Vaksin Oxford-AstraZeneca
Nama vaksin: AZD1222
Negara asal: Inggris
Bahan dasar: virus hasil rekayasa genetika (viral vector)
Uji klinis: fase III (hampir selesai)
Lokasi: Inggris, Amerika, Afrika Selatan, Colombia, Peru, Argentina
Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4–12 minggu
Efikasi vaksin: 75%
Efikasi vaksin dari Oxford-AstraZeneca tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac. Vaksin AstraZeneca terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko terinfeksi Corona dan risiko terjadinya penyakit yang berat atau perlu dirawat di rumah sakit.
Vaksin ini mengandung virus yang tidak berbahaya. Setelah disuntikkan, virus ini akan masuk ke dalam sel tubuh, kemudian memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.
Dalam uji klinisnya, sebagian besar efek samping vaksin hanya bersifat ringan hingga sedang dan bisa sembuh dalam beberapa hari. Gejala yang banyak dialami, yaitu >10%, antara lain nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu, dan batuk.
Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing, nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.
Vaksin Sinopharm
Nama Vaksin: BBIBP-CorV
Negara asal: China
Bahan dasar: virus Corona yang dimatikan (inactivated virus)
Uji klinis: fase III (selesai)
Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, Bahrain, Jordan, Pakistan, Peru, Argentina
Usia peserta: 18–85 tahun
Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
Efikasi vaksin: 79,34% (di Uni Emirat Arab)
Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona menggunakan virus yang telah dimatikan.
Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan darurat dari otoritas kesehatan di China dan Arab. Sejauh ini, pemberian vaksin Sinopharm aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Vaksin Moderna
Nama Vaksin: mRNA-1273
Negara asal: Amerika Serikat
Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
Uji klinis: fase III (selesai)
Lokasi: Amerika Serikat
Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 28 hari
Efikasi vaksin: 94,1%
Yang membedakan vaksin ini dengan ketiga vaksin di atas adalah bahan dasar yang digunakan. Vaksin Moderna menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).
Vaksin mRNA bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi protein yang berbentuk sama seperti protein pada virus Corona. Selanjutnya, sel-sel tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan protein tersebut. Antibodi inilah yang kemudian akan melindungi tubuh dari virus Corona.
Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi. Namun, efek samping ini hilang paling lama setelah 2 hari. Selain itu, nyeri di tempat suntikan, bengkak, kemerahan juga terjadi, tapi derajatnya ringan hingga sedang.
Vaksin Pfizer-BioNTech
Nama vaksin: BNT162b2
Negara asal: Amerika Serikat
Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
Uji klinis: fase III (selesai)
Lokasi: Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, Argentina
Usia peserta: >16 tahun hingga >55 tahun
Dosis: 2 dosis (0,3 ml per dosis) dengan jarak 3 minggu
Efikasi vaksin: 95%
Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer sedikit lebih tinggi daripada vaksin Moderna. Namun, terlepas dari perbedaan efikasi vaksin Moderna dan vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara umum memiliki tingkat keamanan dan efek samping yang hampir sama.
Vaksin Novavax
Nama vaksin: NVX-CoV2372
Negara asal: Amerika Serikat
Bahan dasar: protein subunit
Uji klinis: fase III
Lokasi: Inggris, India, Afrika Selatan, Meksiko
Usia peserta: 18–59 tahun
Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
Efikasi vaksin: 85–89%
Protein subunit yang digunakan pada vaksin Novavax adalah protein yang dibuat khusus untuk meniru protein alami pada virus Corona. Setelah masuk ke dalam tubuh, protein tersebut akan memicu reaksi antibodi untuk melawan virus Corona dan mencegah infeksi.
Hasil uji klinis awal yang diterbitkan oleh Novavax menunjukkan reaksi antibodi yang kuat pada manusia tanpa efek samping yang serius. Uji klinis fase 3 untuk memastikan keamanan dan keefektifan vaksin Novavax diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.
Vaksin Merah Putih – Bio Farma
Bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, PT Bio Farma masih terus melakukan pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19. Uji klinis terhadap vaksin ini rencananya baru akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.
Itulah berbagai perbedaan vaksin-vaksin COVID-19 yang perlu Anda pahami. Vaksin tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghentikan pandemi COVID-19. Namun, diperlukan kerja sama seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa mensukseskan upaya ini.
Tidak hanya itu, upaya ini juga harus disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin. Baik sudah divaksin maupun belum, setiap orang harus tetap menjalani protokol tersebut untuk mencegah penularan virus Corona.
Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar macam-macam vaksin COVID-19 dan perbedaannya, bertanyalah kepada dokter. Ingat, jangan termakan hoax tentang vaksin, apalagi sampai ikut menyebarkannya, karena hal ini bisa merugikan diri Anda sendiri dan orang lain. #liputansbm
Sumber : ALODOKTER.com