Jepara - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) adalah institusi yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Sabtu, 09/10/2021
SKK Migas menyampaikan Produksi Minyak Blok Cepu Jawa Tengah secara kumulatif sejak mulai berproduksi pada 2008 hingga awal Oktober 2021 telah mencapai 500 juta barel. Jumlah ini melebihi komitmen target dalam Plan of Development (POD) sebesar 450 juta barel.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan total investasi di blok migas ini sejak 2008 sekitar Rp 57 triliun. Dengan produksi kumulatif mencapai 500 juta barel minyak, Blok Cepu telah menyumbang penerimaan negara hingga empat kali lipat nilai investasinya.
Produksi Blok Cepu berkontribusi lebih dari Rp. 249 triliun bagi pendapatan negara dalam bentuk minyak mentah dan pajak,” kata Dwi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/10).
Berdasarkan kajian teknis, cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip di blok ini meningkat menjadi 940 juta barel, atau lebih dari dua kali lipat POD awal sebesar 450 juta barel. Peningkatan ini memberikan manfaat besar bagi penerimaan negara yang optimal serta efek pengganda bagi perekonomian lokal.
Dwi mengatakan di awal POD Banyu Urip, tingkat periode plateau diperkirakan berlangsung sekitar 2 tahun dengan tingkat produksi rata-rata tahunan sebesar 165.000 barel minyak per hari (bph). Namun sejak beroperasi dengan kapasitas penuh pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185.000 hingga 225.000 bph. Termasuk tambahan 10.000 bph dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019.
Meski demikian, Dwi mengatakan pihaknya terus berupaya bersama ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk menjaga tingkat penurunan produksi yang terjadi. “Bersama EMCL, kami berkoordinasi secara aktif untuk menjaga tingkat produksi WK Cepu,”ucapnya.
Sementara, President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan, keberhasilan Pengelolaan Blok Cepu ini merupakan hasil kemitraan yang baik antara Kementerian ESDM, SKK Migas, ExxonMobil Cepu Limited, dan para mitra yakni PT Pertamina EP Cepu dan BKS PI Blok Cepu. “Kami juga berterima kasih kepada Pemerintah Pusat dan Daerah serta masyarakat sekitar atas dukungan berkelanjutan dari mereka terhadap operasi WK Cepu,",ujarnya.
Sebelumnya, SKK Migas memperkirakan produksi minyak dan kondensat Blok Cepu bakal terus menurun dari tahun ke tahun. Bahkan angkanya bisa mencapai di bawah 100 ribu bph. Saat dikonfirmasi, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno tak menampik produksi blok yang menjadi andalan RI itu bakal turun signifikan di 2030. “Di bawah 100 ribu barel minyak per hari. Tapi masih ada potensi dari lapisan atau formasi lain, meskipun tidak besar,” ungkapnya pada awal februari 2021.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, ada sejumlah strategi yang untuk menahan laju penurunan produksi tersebut. Misalnya, melakukan manajemen reservoir (penyimpanan) yang baik. Lalu, monetisasi gas yang belum diolah (untreated) dan optimasi pengembangan lapangan serta pengeboran sisipan. Strategi lainnya adalah pengembang formasi silisiklastik (batuan sedimen atau klastik). "Dan pengembangan lapangan sekitarnya, yaitu Cendana dan Alas Tua," jelasnya lagi.
Julius menambahkan bahwa saat ini SKK Migas, bekerja sama dengan ExxonMobil Cepu tengah fokus menahan laju penurunan produksi alamiah di blok tersebut. Dengan kondisi penurunan seperti ini, SKK Migas memproyeksikan produksi Blok Cepu akan stabil di level 210-215 ribu bph. #liputansbm
Pewarta : Puji S