Pembuka Pameran Patung Meluar Batas, Dengan Monolog "Para Ruh" - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

16/1224

16/1224

02 January 2022

Pembuka Pameran Patung Meluar Batas, Dengan Monolog "Para Ruh"




Jepara - Monolog atau Swa Cakap keilmuan diambil dari kata mono artinya satu dan log dari kata logi artinya ilmu. Secara harfiah monolog suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan atau sketsanya. 


Menolog itu menjadi pengantar menuju pameran patung Meluar Batas oleh seniman patung Dwik Tunggak dalam Monolog “Para Ruh” dengan penampilan budayawan M Iskak Wijaya. Acara ini di gelar di Waroeng Mas Jenggo di desa Jinggotan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Sabtu (1/1/2020).


Didin Ardiansyah sebagai produser dan Art Director mengatakan, "monolog ini sengaja ditampilkan lebih dulu sebelum pameran patung Dwik Tunggak”, ujar Didin Ardiansyah. 


“Antara keduanya saling berhubungan. Monolog mengisahkan dialog bersama antara manusia dengan karyanya, dalam hal ini diwakili oleh patung-patung itu. Patung-patung itu menjadi simbol peradaban yang abadi”, lanjutnya lagi.


Menurut Iskak Wijaya, monolog ini menceritakan para ruh yang ada khususnya di belantara patung-patung, dan hal ini mewakili para leluhur mulia dari Jepara dan Indonesia untuk menyampaikan cita-cita besar serta nuansa tantangan dan hambatan saat ini. “Para ruh disimbolisasikan oleh patung-patung yang dipahat Dwi Tunggak. Seolah para ruh hadir dari masa lalu sampai saat ini menyampaikan pesan dan nasehat bijaksana kepada pemuda generasi sekarang,” jelas Iskak Wijaya. 


Monolog yang disajikan oleh M Iskak Wijaya, seorang budayawan Jepara ini, berjudul “Para Ruh,” menceritakan dialektika dan dialog imajiner antara manusia berhadapan dengan patung-patung yang dipahat oleh seniman patung Dwik Tunggak.


Sementara, pameran tunggal Dwik Tunggak akan dibuka pada Sabtu 8 Januari 2022, jam 8 malam, dan akan berlangsung selama bulan Januari. Ada sejumlah acara yang akan mengisi pameran patung Meluar Batas ini. 


Untuk diketahui Pentas dan pameran ini dihelat oleh Gandrung Project di awal tahun sebagai pembukaan untuk salah satu pergerakan  seni budaya. “Gerakan seni  budaya di Jepara sangat aktif dan maju. Kita harus mendukung  seni yang tumbuh di tengah kehidupan masyarakat.Seni bukan unsur sampingan atau bahkan tersier. Seni adalah nafas kehidupan itu sendiri. Tanpa seni, manusia hanyalah seonggok makhluk yang mengeras seperti batu”, Ucap M Iskak Wijaya, pelaku monolog tersebut.


Dalam kerja bareng ini, Gandrung Project menggandeng komunitas rekan-rekan seniman muda dari berbagai minat, musik, teater, sastra, dll, termasuk juga dengan  Kafe Mas Jenggo, Yayasan Kartini Indonesia, dan Yayasan Lingkar Limolasan Jepara. Kerja bareng ini diharapkan menjadi strategi untuk penguatan jaringan antar komunitas.


Kustam Eka Jalu Ketua dewan kesenian daerah Jepara dalam sambutannya mengungkap  apresiasinya atas kegiatan ini. “Ini merupakan pentas pembuka pagelaran  Seni 2022,”tuturnya.


Sementara Romo Hadi Priyanto mengungkap kolaborasi antara pelaku Seni diharapkan mampu menjadi pemantik dan ciri perkembangan seni di Jepara.


Didin Ardiyansyah, promotor dan sekaligus produser dari Gandrung Project mengungkapkan ruang kreativitas perlu terus dibangun dan dikembangkan.


Dalam pentas monolog para ruh ini iskak Wijaya menyampaikan berbagai kritik terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk kesulitan para petani untuk mendapatkan pupuk walaupun sudah memiliki kartu tani karena itu perlu dilakukan pembenahan yang sungguh sungguh agar petani memperoleh haknya. Ada juga  kritik tentang carut marut kehidupan politik dan juga ormas-ormas yang sering kali merasa lebih suci daripada Tuhan. 


Melalui monolog ini, Iskak berharap, akan menginspirasi para pemuda saat ini agar selalu aktif menggerakkan seni budaya. 


Hadir pada acara ini pegiat budaya Dr. Muh Fakrihun Naam, S.Sn., M.Sn. dari Unnes Semarang, Ketua Dewan Kesenian Kustam Eko Jalu dan sejumlah penggiat budaya seperti Salim, Budi Karya, Brodin dan Burhan. #lipuansbm



Pewarta : Puji S

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda