Sejarah Leluhur Ratu Kalinyamat Pendiri Kabupaten Jepara - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

16/1224

16/1224

03 January 2022

Sejarah Leluhur Ratu Kalinyamat Pendiri Kabupaten Jepara

 

Jepara - Kabupaten Jepara memiliki teladan utama dalam bidang kepemimpinan kekuasaan dan pemerintahan. Salah seorang raja yang memerintah Kerajaan Kalingga dengan adil adalah seorang wanita yaitu Dewi Shima. Ratu Shima merupakan raja keraton Kalingga yang selalu menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan. Ratu Shima memang adil paramarta. Senin, 03/01/2022


Dalam memerintah kerajaannya Ratu Shima dapat berlaku adil kepada siapa saja, tanpa pandang bulu. Kerajaan Kalingga terletak di daerah Keling Jepara. Secara geografis daerah ini termasuk kawasan pesisir. Keling adalah keluarga sing eling.


Raja Kalingga menjadi teladan bagi sekalian perjuangan gerakan kaum wanita. Peranan wanita sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Sejarah telah membuktikan arti penting kedudukan wanita baik dalam keluarga, masyarakat. 


Tokoh-tokoh wanita yang mendukung adanya eksistensi dan legitimasi kekuasaan di dalam negara wanita mempunyai kedudukan sederajat dengan pria. Wanita wanita ditata. Pada hakekatnya kaum wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria dalam ikut serta melaksanakan tugas-tugas negara.


Di dalam masa pemerintahannya negara mengalami kemakmuran dan kebesaran atau dengan kata lain mengalami jaman keemasan. Pencuri dan penjahat dihukum mati atau dihukum berat, karena itu masyarakat merasa tentram tidak ada gangguan suatu apapun.


Kebijakan Ratu Shima jadi inspirasi. Setelah raja Erlangga mengundurkan diri sebagai raja, sebenarnya yang berhak menggantikannya sebagai raja adalah Dewi Kilisuci. Akan tetapi ia tidak bersedia menjadi raja dan lebih suka menjadi pertapa di gunung Penanggungan. Ia dapat menentukan sikap dan menjalankan perbuatan sesuai dengan kehendak hati nuraninya sendiri. Ini berarti bahwa ia juga memberi kesempatan kepada kedua saudaranya untuk menggantikan ayahnya sebagai raja Daha dan Jenggala.


Kecakapan dan kepandaian bukan menjadi monopoli kaum pria saja. Ratu Shima tetap jadi suri tauladan. Sejarah Jenggala dan Daha penuh dihiasi dengan cerita romantik antara Panji dengan Dewi Sekartaji. Dalam hal ini nampak sekali bahwa wanita dalam hal ini Dewi Sekartaji mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri demi kebahagiaannya.


Kehebatan Ratu Sima tetap berlanjut. Ceritera-ceritera roman tersebut misalnya berbentuk cerita Dewi Kleting Kuning dan cerita tentang Cinde Laras. Dari cerita ini nampak bahwa ketenteraman negara sebagian juga tergantung kepada ketentraman keluarga raja.


Di dalam pemerintahan Majapahit tercatat adanya beberapa wanita yang menduduki jabatan tertinggi yaitu raja Tribuwana Tungga Dewi Jayawisnu wardhani sebagai raja puteri yang sangat terkenal karena memerintah dengan baik dan merintis kebesaran kerajaan Majapahit.


Ada lagi raja puteri yaitu Dewi Suhita yang semasa tampuk pemerintahannya diwarnai oleh terjadinya Perang saudara yaitu perang Paregreg. Setelah perang ini dapat diatasi oleh ayahnya yang bertahta kembali, akhirnya Dewi Suhita menjadi raja lagi untuk kedua kalinya mengganti ayahnya.


Masyarakat Jepara memang sadar sejarah. Setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi pelanggaran terhadap Sunan Kalinyamat dan Sunan Prawata. Pelanggaran hak ini dilakukan oleh Ariya Penangsang yang menjadi Adipati Jipang. Ia adalah putra Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen adalah putra Sultan Demak dan kakak Sultan Trenggana.


Pangeran Sekar Seda Lepen wafat di sungai karena itu namanya terkenal dengan Pangeran Sekar Seda Lepen artinya yang meninggal di sungai. Karena ia wafat maka yang menggantikan menjadi raja ialah Sultan Trenggana. Karena itu se wafat Sultan Trenggana, Arya Penangsang merasa bahwa sebenarnya yang berhak menjadi raja adalah dia.


Untuk mencapai maksudnya itu karena merasa bahwa ayahnya dahulu redup oleh Sunan Prawata, maka ia lalu membalas tidak hanya Sunan Prawata tetapi juga Sunan Kalinyamat. Ia Pun mencoba kontra dengan Adipati Pengging akan tetapi tidak berhasil. Untuk membalas hak suaminya, maka Nyai Kalinyamat pergi bertapa tanpa berpakaian, sampai merasa mendapat petunjuk bahwa pelanggar tersebut akan mendapat balasan setimpal.


Dalam hal ini sedikit banyak ia ikut serta menentukan arah dan nasib kerajaan selanjutnya. Walaupun perbuatannya hanyalah suatu protes terhadap ketidakadilan dan perbuatan sewenang-wenang terhadap suami-nya, tetapi hal ini mengundang simpati dan rasa kasihan masyarakat untuk membantu menghancurkan sumber kejahatan itu. Keadilan harus ditegakkan.


Ratu Shima bisa dijadikan sebagai suri tauladan. Keberadaan Ratu Shima menjadi inspirasi bagi Raden Ajeng Kartini dalam memajukan emansipasi wanita. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879.


Untuk mengetahui kehidupan Raden Ajeng Kartini, bisa ditelusuri lewat museum Kartini. Museum RA Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang di Jl. Gatot Subroto 8 Rembang, merupakan bangunan asli yang dulu dihuni RA Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.


Museum RA Kartini menempati salah satu kamar yang dulu ditempati RA Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide-ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putra satu satunya yang bernama RM Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.


Disini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan RA Kartini, seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya RA Kartini berupa tiga ekor angsa, naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya, foto-foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, di sebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan RA Kartini untuk mengajar anak-anak bumi putera.


Beliau dimakamkan di desa Bulu, 17,5 Km dari kota Rembang ke arah selatan jurusan Blora. Di tempat ini pada tanggal 17 September 1904 dimakamkan pahlawan Pergerakan Wanita Indonesia. Areal makam tersebut merupakan makam keluarga Bupati Rembang RMAA Djojodiningrat dan putera RA Kartini, RM Soesalit.


Pada bulan April tepatnya tanggal 21 April untuk memperingati hari kelahiran RA Kartini, puluhan ribu pengunjung berziarah ke makam tersebut. Pendekar kaum wanita sejati. Hubungan Jepara dan Rembang menjadi semakin erat.


Inilah nama Para Bupati Jepara dari pertama sampai sekarang : 


(1). Ratu Kalinyamat (1536-1569)

Bupati pertama Kadipaten Jepara adalah Retna Kencana atau Nimas Ratu Kalinyamat. Beliau menikah dengan Datuk Thoyib atau Datuk Pangeran Tengku Thoyib. Sultan Trenggana memberi gelar Tengku Thoyib dengan sebutan Pangeran Hadlirin.


(2). Pangeran Timur (1569-1590)

Pangeran Timur adalah anak Sultan Trenggana, raja De-mak. Adik Ratu Kalinyamat ini memimpin Kabupaten Jepara pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang.


(3). Pangeran Radin (1590-1610)

Pangeran Radin adalah cucu Sultan Hadiwijaya. Masih cucu kemenakan Ratu Kalinyamat. Ayah Pangeran Radin adalah Raden Benowo. Pangeran Radin berdarah Pajang dan Demak.


(4). KRT Wirosetyo (1610-1624)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, raja Mataram.


(5). KRT Potro Manggolo (1624-1646)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.


(6). KRT Wirodiko (1646-1678)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sri Susuhunan Amangkurat Agung.


(7). KRT Wongsodipo (1678-1704)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunn Amangkurat Amral.


(8). KRT Wiroatmoko (1704-1712)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Amangkurat Mas, raja Mataram Kartasura.


(9). KRT Martopuro (1712-1721)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono I.


(10). KRT Sujonopuro (1721-1730)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Amangkurat Jawi.


(11). KRT Citrosoma I (1730-1745)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II.


(12). KRT Citrosoma II (1745-1756)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono II.


(13). KRT Citrosoma III (1756-1785)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono III.


(14). KRT Citrosoma IV (1785-1809)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.


(15). KRT Citrosoma V (1809-1821)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.


(16). KRT Citrosoma VI (1821-1829)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono V.


(17). KRT Cendhol (1829-1836)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VI.


(18). KRT Citrosoma VII (1836-1858)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VII.


(19). KRT Citro Wikromo (1858-1870)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Sura-karta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VIII.


(20). KRMAA Sosroningrat (1870-1905)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IX.


(21). RMAA Koesoemo Oetoyo (1905-1927)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.


(22). RAAA Soekahar (1927-1942)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.


(23). RMAA Soemitro Oetoyo (1942-1949)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono XI.


(24). H. Sahlan Ridwan (1949-1961)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


(25). R Sunarto (1961-1965)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


(26). H Zubaidi Ali (1965-1967)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


(27). Moehadi SH (1967-1973)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(28). Soewarno Djojo Mardowo SH (1973-1976)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(29). Soedikno SH (1976-1981)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(30). Hisom Prasetyo SH (1981-1991)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(31). Drs. Bambang Poerwadi (1991-1996)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(32(. Drs. H Soenarto (1997-2002)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


(33). Drs. Hendro Martojo (2002-2012)

Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Megawati.


(34). KH Ahmad Marsuqi (2012-2017). Diangkat sebagai Bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


(35). Dian Kristiandi menjabat tahun 2018. Dengan semangat pengabdian, Bupati Dian Kristiandi membangun Kabupaten Jepara. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Beliau dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.


Alangkah baiknya, para pemimpin Jepara selalu membaca sejarah leluhur. Pendiri Kadipaten Jepara adalah Kanjeng Ratu Kalinyamat. Beliau adalah putri Sultan Trenggana raja Demak Bintara. Suaminya bernama Pangeran Hadlirin dari Samudra Pasai Aceh.


Nama lainnya yaitu Datuk Thoyib yang bermurah hati dalam perjuangan kebudayaan. Kabupaten Jepara semakin misuwur arum kuncara. Penduduknya rajin, cermat, makmur, sejahtera.


"Pangkur Nimas Ratu Kalinyamat Tilar  wisma amartapa neng wukir Tapa  wuda sinjang rambut Ing Gunung Danaraja Apratignya tan arsa tapihan ingsun yen tan antuk adiling Hyang Patine sedulur mami"


Bait tembang di atas melukiskan tekad Kanjeng Ratu Kalinyamat yang kehilangan suami, Pangeran Hadirin. Sebelumnya juga sudah meninggal kakak tercinta Sunan Prawoto. Pembunuhnya Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan. Krisis politik di Demak bisa diatasi oleh Sultan Hadiwijaya. Jasanya yang besar itulah sebagai legitimasi beliau berkuasa di Keraton Pajang. #liputansbm


Sumber : Dr Purwadi, M.Hum (Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara)

Pewarta : Puji S


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda