Pujangga Jepara Hadir Dalam Jagong Budaya, Ikut Jaga Derajat Bangsa Indonesia - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

16/1224

16/1224

03 February 2022

Pujangga Jepara Hadir Dalam Jagong Budaya, Ikut Jaga Derajat Bangsa Indonesia




Jepara - Mengutip ucapan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X dari Surakarta yang pernah berkata "Rum kuncaraning bangsa dumunung haneng luhuring budaya". Arti dari perkataan beliau adalah harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya. Hal ini menjadi sebuah pesan Adi luhur yang dikemas dalam Jagong Budaya di Waroeng  Mas Jenggo pada selasa malam 1/2/2022 di Desa Jinggotan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Rabu, 02/02/2022.


Acara dikemas dengan gayeng. Menghadirkan sang Pujangga Jepara, Ki Subri Tedjo Sasono, seniman sepuh  yang tinggal di RT. 03/Rw. 03 Desa Tubanan, Kecamatan kembang, Kabupaten Jepara.


Sementara pegiat budaya Jepara Hadi Priyanto trigger  atau pemicu diskusi dengan tanpa  menapak Jejak Sang Pujangga Jepara.


Kegiatan juga dihadiri oleh mahasiswa dan mahasiswi dari Unisnu dan Unwahas, Gandrung Project, Paguyuban Dalang Muda, Jenggo Lover, dan anggota padepokan Mbah Subri.


Kegiatan ini dibuka dengan tembang pangkur yang dilanjutkan dengan langgam Ngimpi oleh waranggana muda Sukma Ayu siswi SDN 8 Suwawal dan Dyah Nurcahyani mahasiswi prodi Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta bawakan tembang Asmaradana dilanjutkan Kadung Tresno dengan iringan orkes kecil Cokekan Marga Langit yang dipimpin oleh Ki Heru Prabakusomo.


Dialog yang dipandu tuan rumah, Didin Ardiansyah ini, menghadirkan 2  narasumber lain yaitu Amin Ayahudi, Sekretaris Disparbud Jepara dan Ki Hendro Suryo Kartiko, Ketua Pepadi Jepara serta  dibuka oleh H. Achmadi, penggiat dan pelaku seni budaya Jawa.


Hadirnya Ki Subri Tedjo Sasono dalam jagong budaya yang disiarkan juga secara live streaming ini menurut Hadi Priyanto sebab ia dikenal memiliki karya dan jejaknya tergores jelas  dalam melestarikan budaya Jawa. 


Salah satunya adalah membangun “Sekolah Budaya Jawa,” secara gratis bagi anak-anak muda, di rumahnya yang kecil di dukuh Duren, Desa Tubanan, Kecamatan Kembang.


Walaupun ia sendiri hidup dalam kesederhanaan, seperti layaknya seorang pengabdi seni tradisi. Bukan hanya tembang Macapat mulai Mijil hingga Megatruh yang sarat dengan nilai-nilai ajaran Jawa, Ki Subri Tedjo Sasono juga membuka pawiyatan luhur bagi siapapun untuk belajar : Moco Nulis Aksoro Jowo, Ngoko, Madyo, Inggil dan Kawi, Wulang Reh Kautamanan dan Olah Roso. "Ia lakukan itu untuk menjaga agar Budaya Jawa tidak punah di negerinya sendiri. Ki Subri nyata melakukan sendiri pemajuan kebudayaan Jawa, dengan seluruh tenaga yang tersisa di usianya yang kian renta,” ujar Hadi Priyanto. 


Beliau telah melakukan pelestarian budaya sebagaimana  termaktub dalam UU RI No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan.


Acara juga dipaparkan secara singkat makna mendalam dari 11 tembang macapat yakni maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, gambuh, dhandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung. “Semua tembang macapat ada makna dan filsafat yang  mendalam dalam kandungannya menggambarkan dan menceritakan perjalanan kehidupan manusia”  pesan Ki Subri.


Ki Subri sendiri mengaku melakukan itu semua karena cintanya pada budaya Jawa yang memiliki nila-nilai luhur. “Harus ada yang menjaga dan mewariskannya kepada generasi muda,” ujar Ki Subri yang kini telah berusia 78 tahun lebih. 


Bahasa Jawa “carakan”, menurut maestro kebudayaan Jepara Ki Subri, huruf-huruf Aksara Jawa, juga dikenal sebagai Hanacaraka, Carakan, atau Dentawyanjana ini mengandung makna luhur yang mengajarkan manusia agar selalu ingat pada Sang Pemberi Hidup dan menjaga hubungan antara manusia dan semesta. Demikian juga tembang Macapat, bukan hanya nyanyian Jawa, sebab mulai Mijil hingga Megatruh berisi ajaran-ajaran luhur.


Sementara Sekretaris Disparbud Jepara Amin Ayahudi mengajak generasi muda untuk meneladani jejak Ki Subri. “Saya lama mengenal beliau sebagai pelestari budaya dan juga ajaran Jawa yang membuka pintu rumahnya (open house) selama 24 jam untuk siapapun yang ingin belajar dan minta pertolongan,” ujarnya.


Sedangkan Ketua Pepadi Jepara, Ki Hendro Suryo Kartiko mengaku pernah belajar tembang Macapat dan ajaran-ajaran Jawa pada Ki Subri. Juga beberapa dalang di Jepara.


Kegiatan ini diakhiri dengan penutupan Pameran Patung Meluar Batas yang ditandai dengan penyerahan lukisan dari seniman patung Dwi Tunggak kepada Ki Hendro Surya Kartiko. #liputansbm


Pewarta : Puji S

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda