Di Jepara Gereja-Masjid Berhadapan, Toleransi Ibadah Jum'at Agung Lebih Pagi untuk Hormati Jumat'an - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

16/1224

16/1224

16 April 2022

Di Jepara Gereja-Masjid Berhadapan, Toleransi Ibadah Jum'at Agung Lebih Pagi untuk Hormati Jumat'an


Jepara  - Umat Kristiani Desa Tempur Kecamata Keling melaksanakan peringatan Wafat Isa Al-masih di gereja yang berhadapan dengan masjid di Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Jum'at (15/4/2022).


Peringatan Wafat Isa Al-Masih di gereja yang berhadapan dengan masjid di Desa Tempur Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara berlangsung secara sederhana. Tak hanya itu, ibadah Jum'at Agung digelar lebih pagi untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat Jum'at pada siang harinya.


Pelaksanaan ibadah Jum'at Agung pada Jum'at 15/4/2022 dimulai pukul 08.00 WIB. Umat Kristiani warga Desa Tempur datang ke Gereja Injil Tanah Jawa Tempur yang berhadapan dengan Masjid Nurul Hikmah.


Umat Kristiani melaksanakan ibadah Jum'at Agung dengan khidmat hingga selesai pada sekitar pukul 09.00 WIB.


Pendeta Gereja Injil Tanah Jawa Tempur, Suwadi, mengatakan ibadah Jumat dilakukan lebih pagi hari ini. Hal tersebut karena bertepatan juga hari Jum'at, di mana umat muslim akan melaksanakan salat Jum'at siangnya.


"Menghormati yang mau jum'atan nanti siang, kalau bareng kan dumpyuk (bersamaan), sudah ada koordinasi lebih dulu saya ambil jam 8.00 WIB sampai jam 09.00 WIB," ujar Suwadi. Jum'at (15/4/2022).


Dia mengatakan pelaksanaan Jum'at Agung dilakukan dengan khidmat. Ada sebanyak 20 umat Kristiani yang menjalani ibadah di gereja yang lokasinya berhadapan dengan masjid tersebut.


"pelaksanaan hari ini, Jum'at Agung bukan tradisi itu memang sudah ketentuan Tuhan Yesus Kristus kalau hari ini adalah hari Jum'at Agung," jelas Suwadi.


"Jum'at Agung ini masalah kematiannya, kehidupan dan mendamaikan manusia, diambil dari Yohanes 19 ayat 16.30 temanya kematian yang menghidupkan yang mendamaikan terus keterangannya adalah pengorbanan Yesus adalah simbol harapan dan penyertaan Tuhan bagi setiap orang," sambung dia.


Suwadi pun berharap agar rasa toleransi ini tetap dijaga. Kata dia bukan hanya di Desa Tempur saja, melainkan untuk seluruh warga Indonesia.


"Toleransi bukan hanya Desa Tempur tapi luar desa Tempur, Kabupaten, Provinsi pusat seluruh Indonesia. Kalau Indonesia sangat kuat menjadi toleransi tembok perlindungan atas Indonesia NKRI tetap jaya, sehingga pemimpin bangsa hidup dalam kebenaran dan keadilan menjunjung pancasila dan UUD 45," harap Suwadi.


Untuk diketahui gereja dan masjid ini saling berhadapan. Jaraknya pun sekitar 5 meter saja. Gereja ini dibangun lebih dahulu sekitar tahun 1988. Sedangkan masjidnya baru 2003.


"Ini dibangun lebih dulu gerejanya, ini saya pendeta di sini. Sedangkan masjid ini kakak saya sebagai pengurus," terang Suwadi. #liputansbm


Pewarta : Edy Putra


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda