Pemberdayaaan Masyarakat Dalam Budidaya dan Inovasi Tanaman Berkhasiat Obat Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

04 September 2022

Pemberdayaaan Masyarakat Dalam Budidaya dan Inovasi Tanaman Berkhasiat Obat Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat



Oleh : Tim Dosen Universitas Muhammadiyah Palangka Raya 
Nurul Qamariah, S.Pd.
Rezqi Handayani, S.Farm., M.P.H
Rika Arfiana Safitri, M.Farm 

PALANGKA RAYA - Pemberdayaan merupakan suatu konsep untuk memberikan tanggungjawab yang lebih besar kepada orang-orang tentang bagaimana melakukan pekerjaan. Pemberdayaan akan berhasil jika dilakukan oleh pengusaha, pemimpin dan kelompok yang dilakukan secara terstruktur dengan membangun budaya kerja yang baik.

Konsep pemberdayaan terkait dengan pengertian pembangunan masyatakat dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat. Dapat didefinisikan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut salah satunya dalam budidaya tanaman obat tradisional.

Untuk diketahui bahwa, pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan telah dilakukan sejak dahulu secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Meskipun pengobatan modern telah berkembang hingga ke daerah pedesaan, namun penggunaan tumbuhan sebagai obat masih tetap diminati masyarakat dan saat ini semakin berkembang. Sejak merebaknya Covid-19 ini, masyarakat harus lebih memperhatikan makan atau minuman yang akan dikomsumsi agar meningkatkan daya tahan tubuh ditengah masa pandemi covid-19 dikarena virus ini menyerang sistem pertahanan tubuh yang lebih. Kekebalan tubuh yang kuat dipercaya akan menghindarkan diri dari terkena wabah virus tersebut. Masyarakat percaya bahwa menggunakan obat tradisional seperti jamu dari rimpang jahe, kunyit, temulawak atau kencur, dapat meningkatkan imunitas tubuh.

WHO (World Health Organization) telah merekomendasikan penggunakan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pengobatan serta pencegahan penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Indonesia telah dikenal sebagai negara yang kaya bahan alam dengan memiliki 30.000 spesies tumbuhan dari 40.000 spesies tumbuhan di dunia. Tanaman yang memiliki manfaat sebagai obat sebesar 9.600 dan ± 300 spesies tanaman di Indonesia telah dijadikan sebagai bahan baku industri jamu dan obat tradisional, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menggunaan obat tradisional.

Tanaman obat keluarga (TOGA) menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk ditanam di lahan pekarangan, dengan pertimbangan karena dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Tanaman obat dapat dijadikan obat yang aman, tidak mengandung bahan kimia, murah, dan mudah didapat.

Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan, Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat yaitu bagian daun, kulit batang, buah, biji, bahkan bagian akarnya. 45 Jenis tanaman yang dibudidayakan sebagai TOGA adalah tanaman yang tidak memerlukan perawatan khusus, tidak mudah diserang hama penyakit, bibitnya mudah didapat, mudah tumbuh dan tidak termasuk jenis tanaman terlarang dan berbahaya atau beracun. Pemanfaatan tanaman TOGA tersebut dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berhasil dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan perannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan.

Dalam aspek pemeliharaan kesehatan TOGA yang berperan sebagai obat tradisional banyak digunakan sebagai upaya pencegahan (upaya preventif). Pemanfaatan Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan tradisi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, dimana pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan pengobatan penyakit telah berakar kuat di tengah-tengah kehidupan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di desa. Meskipun saat ini perkembangan teknologi semakin maju penggunaan TOGA tetap diminati masyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya inovasi pengolahan obat-obatan tradisional secara mandiri.

Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria seperti: disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat, lazim digunakan sebagai obat di daerah permukiman, tumbuh dan hidup dengan baik di daerah permukiman, dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain, misalnya: buah-buahan, dan bumbu masak, jenis tanaman yang hampir punah, dan jenis tanaman yang masih liar.

Penanaman tanaman obat di pekarangan selain untuk obat, juga dapat ditata dengan baik sebagai penghias pekarangan. Pekarangan rumah akan menjadi tampak asri dan penghuninya juga dapat memperoleh obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga Kesehatan". Tanaman obat yang sering ditanam di pekarangan adalah: sirih, kunyit, jahe, temulawak, kembang sepatu, daun dewa, sambiloto, beluntas, jambu biji, belimbing wuluh, bunga kenop, cengkeh, delima, jeruk nipis, kumis kucing, manggis, dan tomat. Pemanfaatan TOGA umumnya untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala-gejala umum seperti demam, panas, batuk, sakit perut, dan gatal-gatal.

Pada saat anggota keluarga ada yang sakit, TOGA dapat dijadikan sebagai alternatif obat tradisional yang paling mudah dicari, murah serta memiliki efek samping yang jauh lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia. Dengan memahami manfaat, khasiat dan jenis tanaman tertentu, tanaman obat menjadi pilihan keluarga dalam memilih obat alami yang aman.

Manfaat lain dari TOGA selain untuk pengobatan adalah: (1) penambah gizi keluarga (pepaya, timun, dan bayam), (2) bumbu atau rempah-rempah masakan (kunyit, kencur, jahe, serai, dan daun salam), dan (3) menambah keindahan (mawar, melati, bunga matahari, kembang sepatu, tapak dara, dan kumis kucing)". Tradisi pengobatan menggunakan tanaman obat ini tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui proses sosialisasi yang secaraturuntemurun dipercaya dan diyakini kebenarannya.

Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa beberapa ibu rumah tangga telah menanam TOGA, namun demikian jumlah TOGA yang ditanam jumlahnya terbatas. Sebagian dari mereka telah mengetahui khasiat TOGA dan secara teknis juga telah mampu mengolah TOGA, namun demikian mereka belum memahami khasiat TOGA secara ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan tentang khasiat TOGA secara ilmiah. 

Masyarakat yang telah memiliki pengetahuan tentang khasiat TOGA dan menguasai cara pengolahannya dapat membudidayakan tanaman obat secara individual dan memanfaatkannya sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Selain itu, TOGA juga dapat dikembangkan menjadi usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal yang selanjutnya dapat disalurkan ke masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya dituntut untuk mengetahui penanaman dan pemanfaatan tanaman obat saja, tetapi juga harus mengetahui bagaimana cara mengolah tanaman obat yang baik?? 

Masyarakat yang berada diwilayah Puskesmas Kasongan 2 sudah mengetahui pemanfaatan tanaman obat dalam terapi pengobatan. Pengetahuan ini didasarkan pada pengalaman yang dialami oleh pada leluhur keluarga sebelumnya. Hanya saja pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat sekitar masih belum teruji secara klinis pemanfaatannya dalam terapi pengobatan. Budidaya akan tanaman yang berkhasiat obatpun masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. 

Masyarakat hanya memanfaatkan tanaman yang tumbuh dengan liar dan menggunakannya untuk mengatasi gangguan kesehatan keluarga dengan cara yang sedernana saja berdasarkan pengalaman atau intuisi. Animo masyarakat untuk membudayakan penanaman tanaman obat yang berkhasiat obat di pekarangan rumah masih sedikit. Masyarakat lebih memilih untuk menggunakan fasilitas kesehatan terdekat seperti praktik dokter dan bidan yang terdekat. Permasalahan lain yaitu masyarakat mengetahui bahwa tanaman obat tersebut berkhasiat tetapi belum mengetahui bagaimana pengolahan serta pemanfaatannya dalam terapi pengobatan.

Selain itu pada wilayah mitra belum ditemukan adanya kebun tanaman obat keluarga (TOGA) yang secara khusus dibuat, dirawat dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pilihan dalam terapi untuk gangguan kesehatan keluarga. Tanaman TOGA merupakan jenis tanaman yang ditanami di pekarangan rumah yang sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama untuk pengobatan tradisional seperti tanaman jahe, daun serai, daun licin, seledri, sambiloto, daun beluntas, temu lawak, lidah buaya belimbing wuluh, kangkung, bayam duri, daun tempuyung, daun pacar cina, akar alang-alang, daun jinten, biji mahoni, cempaka putih, ciplukan, daun benalu, daun bunga santan, daun duduk, daun bakung, kumis kucing, landep, daun sirih, daun adas, daun adem ati, daun saga rambat, jambu biji, akar wangi, daun kelor, temu ireng, lengkuas, kunyit, kencur, dan lempuyang.



Penanaman TOGA sangat penting untuk dikembangkan karena tanaman ini berguna dan bermanfaat bagi masyarakat terutama untuk pengobatan-pengobatan tradisional. Mengingat banyaknya manfaat dan pentingnya tanaman TOGA ini bagi kelangsungan hidup keluarga, maka pemberdayaan masyarakat untuk menanam TOGA dianggap perlu terutama di wilayah Puskesmas Kasongan 2 yang sangat strategis karena memiliki potensi alam dan kesuburan tanah yang cukup bagus untuk tanaman toga seperti yang diuraikan di atas. Selain itu pihak Puskesmas Kasongan 2 melalui penanggung jawab program promosi kesehatan berharap masyarakat di kelurahan ini dapat membudayakan dan memanfaatkan TOGA untuk alternatif pemecahan masalah kesehatan pertama yang dialaminya.

"Tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai salah satu pengobatan tradisional merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya terutama yang berhubungan dengan Kesehatan masyarakat. Kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan serta tingkah laku, sehingga kearifan local dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh," kata Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Nurul Qamariah, S.Pd. kepada Liputan SBM pada Minggu 4 September 2022.

Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu Di samping itu, kearifan lokal yang sering dikonsepsikan sebagai pengetahuan setempat (local knowledge), kecerdasan setempat (local genius), dan kebijakan setempat (local wisdom), oleh UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimaknai sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat yang antara lain dipakai untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Tanaman obat keluarga selain dapat dimanfaatkan dalam terapi pengobatan untuk mengatasi gangguan Kesehatan keluarga, juga dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat terutama bagi para ibu rumah tangga. TOGA dapat dibuat menjadi sediaan jamu tradisional atau inovasi sediaan farmasi lainnya yang memiliki nilai jual sehingga dapat meningkatkan derajat ekonomi keluarga. Saat ini telah banyak para pelaku usaha obat tradisional yang memproduksi jamu-jamu tradisional dari tanaman obat keluarga dalam bentuk sediaan yang lebih modern seperti dalam bentuk teh celup, kapsul, tablet sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi obat tradisional. 

"Oleh karena itu penting adanya pemberdayaan masyarakat terhadap budidaya dan inovasi sedian farmasi tanaman obat keluarga sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan serta derajat ekonomi masyarakat setempat," ungkapnya.

Sementara itu, lokasi kegiatan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Puskesmas Kasongan 2, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir.



Sedangkan metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah berupa kegiatan pemberian pengetahuan, keterampilan dan praktek secara langsung. Kegiatan pengabdian akan dilakukan dalam 4 (empat) tahapan yaitu:

Tahap 1. Pembuatan Kebun Tanaman Obat Keluarga.

Tahap 2. Sosialisasi Pemanfaatan TOGA dalam Terapi Pengobatan.

Tahap 3. Praktek Pengolahan TOGA sebagai Ramuan Tradisional.

Tahap 4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan.

Peserta pada kegiatan ini adalah kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi yaitu tenaga kesehatan dan masyarakat sekitar yang berada di lingkungan Puskesmas Kasongan 2, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir yang berumlah 30 orang. (Red Liputan SBM)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda