Sejumlah Komoditas Bahan Pangan Menyumbang Deflasi di Kalteng pada Agustus 2022 - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

01 September 2022

Sejumlah Komoditas Bahan Pangan Menyumbang Deflasi di Kalteng pada Agustus 2022




PALANGKA RAYA - Pada Bulan Agustus 2022 lalu, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami Deflasi sebesar 0,01 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,88. Adapun data tersebut berdasarkan acuan dua Kota di Kalteng yakni Palangka Raya dan Kotawaringin Timur.

"Dari 90 kota IHK, 11 kota mengalami inflasi dan 79 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 0,82 persen dengan IHK sebesar 114,65 dan deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,65 persen dengan IHK sebesar 115,34," ucap Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalteng, Eko Marsoro dalam siaran resmi statistik yang dilaksanakan di ruang pertemuan BPS Kalteng, Jalan Kapten Piere Tandean, Palangka Raya Kamis (1/9/2022). 

Lebih lanjut disampaikannya bahwa, deflasi gabungan Kota Palangka Raya dan Sampit pada Agustus 2022 terjadi karena adanya penurunan indeks kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (2,52 persen), kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,40 persen), kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,22 persen) dan kelompok transportasi (0,01 persen).

Adapun inflasi tahun kalender (Agustus 2022 terhadap Desember 2021) untuk gabungan Kota Palangka Raya dan Sampit tercatat sebesar 4,70 persen dan inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) sebesar 6,94 persen.

"Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada Agustus 2022 antara lain cabai rawit, tomat, minyak goreng, angkutan udara, bioskop, ikan tongkol/ambu-ambu, daging babi, kacang panjang, ikan gabus, dan emas perhiasan," ujar Eko. 

Sementara itu Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada Agustus 2022 antara lain beras, bahan bakar rumah tangga, sekolah menengah pertama, pelumas/oli mesin, solar, tarif listrik, sewa rumah, semen, makanan ringan/snack, dan teh siap saji.

Inflasi bulanan (0,28 persen) di Kota Palangka Raya terjadi karena peningkatan nilai indeks harga konsumen di hampir semua kelompok pengeluaran yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,60 persen), kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga (0,53 persen), kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,30 persen), kelompok pakaian dan alas kaki (0,22 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,20 persen), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,16 persen), dan kelompok transportasi (0,10 persen).

Berbeda dengan Kota Palangka Raya, perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus 2022 di Sampit secara umum menunjukkan adanya penurunan Deflasi pada Agustus 2022 (0,50 persen) di Sampit terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada beberapa kelompok pengeluaran, yaitu pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (1,68 persen), kelompok transportasi (0,23 persen), kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan (0,11 persen). 

"Tingkat inflasi tahun kalender (Agustus 2022 terhadap Desember 2021) untuk gabungan Kota Palangka Raya dan Sampit sebesar 4,70 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) sebesar 6,94 persen," lanjut Eko. 

Sementara itu tingkat inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2021 (Agustus 2021 terhadap Desember 2020) adalah 1,16 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 2021 (Agustus 2021 terhadap Agustus 2020) sebesar 1,78 persen. 

Peningkatan nilai inflasi pada tahun ini dibandingkan tahun lalu antara lain disebabkan adanya peningkatan permintaan barang dan jasa seiring peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat sebagai dampak pelonggaran aktivitas masyarakat oleh pemerintah, kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng beberapa bulan lalu. 

Selain itu juga disebabkan penyesuaian harga BBM seiring kenaikan harga minyak mentah dunia yang berpengaruh terhadap biaya angkutan, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, kenaikan tarif angkutan udara, merebaknya virus ASF pada babi dan PMK pada sapi, serta cuaca yang tidak menentu yang mengganggu suplai dan distribusi barang.

Pewarta : Antonius Sepriyono | Liputan SBM 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda