PALANGKA RAYA - Pada Maret 2023 yang lalu, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami inflasi sebesar 0,50 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,49 persen. Data tersebut diambil dari dua Kota acuan di Kalteng, yakni Kota Palangka Raya dengan inflasi 0,51 persen dan Kota Sampit dengan inflasi 0,48 persen.
Adapun pada bulan Maret 2023 inflasi yang terjadi masih lebih rendah, jika dibandingkan dengan bulan Februari 2023 lalu yakni pada angka 0,10 persen. Inflasi tahun kalender (Maret 2023 terhadap Desember 2022) untuk gabungan Kota Palangka Raya dan Sampit tercatat sebesar 0,74 persen dan inflasi tahun ke tahun (Maret 2023 terhadap Maret 2022) sebesar 5,62 persen.
"Mudahan-mudahan pada April ini kita masih mampu mengendalikan laju inflasi, mengingat hari Raya Idul Fitri dirayakan pada Bulan April ini. Karena yang kita alami sekarang beberapa komoditas pada bulan ini mengalami peningkatan harga," ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Eko Marsoro dalam siaran resmi statistik yang dilaksanakan di ruang pertemuan BPS Kalteng, Jalan Kapten Piere Tandean, Palangka Raya, Senin (3/4/2023).
Adapun andil komoditas utama penyebab inflasi yang terjadi di Palangka Raya diantaranya beras 0,17 persen, angkutan udara 0,15 persen, cabai rawit 0,06 persen, bensin 0,03 persen dan ikan Gabus 0,02 persen.
Sedangkan andil komoditas utama yang menyebabkan terjadinya inflasi di Sampit diantaranya beras 0,08 persen, rokok kretek filter 0,08 persen, bensin 0,06 persen, cabai rawit 0,05 persen dan ikan tongkol 0,04 persen. Serta komoditas lainnya yakni, angkutan udara, bawang putih, minyak goreng dan emas perhiasan.
Inflasi gabungan Kota Palangka Raya dan Sampit pada Maret 2023 terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok transportasi (1,32 persen), kelompok makanan, minuman, dan tembakau (1,00 persen), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,62 persen), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,30 persen).
Lalu ada kelompok kesehatan (0,18 persen), kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,08 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,07 persen), kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,05 persen), dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,02 persen).
Adapun komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada Maret 2023 antara lain daging babi, bawang merah, baju muslim wanita, gaun/terusan wanita, solar, daster, ikan selar/ikan tude, cumi-cumi, ketimun, dan sandal anak.
"Menjelang Hari Raya Idul Fitri, tentunya ada faktor ekspetasi yang menyebabkan harga bisa menjadi naik. Contohnya air minum kemasan, biasanya kalau menjelang Idul Fitri kan masyarakat akan memborong. Sehingga ketika demand tinggi maka harga juga akan naik. Tapi berdasarkan hasil pertemuan dengan Pemerintah Daerah, untuk stok bahan pangan pokok dipastikan aman," kata Eko.
Pewarta : Antonius Sepriyono | Liputan SBM