PALANGKA RAYA - Lomba Mangenta bertujuan untuk menggali potensi dan kreativitas peserta, Stepanus yang merupakan pemerhati Budaya Kalimantan Tengah dan juga Ketua dewan juri lomba mangenta mengatakan Kenta adalah panganan tradisional adat Kalimantan Tengah.
Stepanus juga mengatakan mangenta ini diadakan pada saat panen padi terutama padi-padi ketan. "Adat kita di Kalimantan Tengah saat ada gotong-royong seperti menanam padi atau mengatam biasanya tuan rumah akan menyediakan penganan yakni kenta jadi filosofinya asal mula mengenta ini adalah saat ikut prosesi memanen padi ketan dan merasakan rasa dari kualitas padi yang dipanen tadi," ucapnya saat diwawancarai awak media Liputan SBM pada Kamis (4/5).
Stepanus juga mengungkapkan bahwa panganan Kenta untuk di daerah Kalimantan Tengah ada beberapa jenis, seperti Kenta di daerah Barito sama dengan Kenta di daerah Kahayan yakni teksturnya dari satu butir itu tipis beda kalau di daerah Katingan butirnya agak tebal akan tetapi untuk festival biasanya digunakan Kenta yang tipis.
"Harapan kita dengan adanya festival ini ada untuk pelestarian budaya dan adat istiadat Kalimantan, karena di era milenial ini sudah banyak ditinggalkan, dan semoga dengan adanya festival ini kita bisa menumbuhkan dan mempromosikan kembali budaya asli Kalimantan Tengah," ungkapnya.
Lomba mengeta ini diikuti oleh tiga kecamatan yakni Kecamatan Pahandut yang mengirimkan dua tim, lalu Kecamatan Rakumpit dan Kecamatan Bukit Batu.
Pada kesempatan tersebut Kecamatan Rakumpit berhasil meraih juara pertama kemudian Kecamatan Bukit Batu meraih juara kedua dan untuk juara ketiga diraih oleh Kecamatan Pahandut A.
Acara lomba Mangenta ini dilaksanakan di halaman Kantor Disparbudpora Kota Palangka Raya jalan Tjilik Riwut.
Pewarta : Andy Ariyanto | Liputan SBM