Bupati Kotim Jelaskan Konsep Wacana Wisata Buaya Sekaligus Untuk Konservasi - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

08 January 2024

Bupati Kotim Jelaskan Konsep Wacana Wisata Buaya Sekaligus Untuk Konservasi

Bupati Kotim H. Halikinnor saat diwawancarai oleh wartawan. (Foto: diskominfo.kotimkab.go.id)
LIPUTANSBM.COM, Sampit - Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) H. Halikinnor, dengan tegas menyikapi wacana wisata buaya yang mencuat di tengah masyarakat, terutama di jagad media sosial.

Dalam klarifikasinya kepada para wartawan, Halikinnor menegaskan bahwa konsep wisata buaya yang dia usulkan bukanlah tentang memancing, menangkap, atau bahkan memotong buaya, melainkan memberi makan langsung di habitatnya.

"Saya lihat di media sosial ada yang salah memahami atau disalahartikan. Wisata ini bukan berarti kita memancing buaya, kita tangkap, lalu dipotong dan dagingnya dibagikan. Bukan seperti itu. Ini wisata memberi makan buaya langsung di habitatnya," kata Halikinnor.

Penjelasan ini disampaikan di Sampit pada Senin (8/1/2024), di mana Bupati menjelaskan bahwa tujuan utama dari wacana ini adalah untuk konservasi dan penyelamatan, sekaligus menciptakan peluang baru dalam sektor pariwisata.

Wilayah selatan Kotawaringin Timur, khususnya di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, dan Pulau Hanaut, memiliki populasi buaya, termasuk buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya capit atau senyulong (Tomistoma Schlegelii).

Masalah konflik antara buaya dan manusia di daerah ini menjadi perhatian serius, dengan insiden serangan buaya yang menyebabkan korban jiwa.

Penanganan konflik ini sulit karena jumlah buaya yang cukup banyak, terutama di Sungai Mentaya dan anak sungainya hingga muara laut. Populasi buaya ini sering kali terlihat hingga ke Pantai Ujung Pandaran.

Dalam menghadapi tantangan ini, Halikinnor melihat potensi positif dalam menghubungkan wisata buaya dengan upaya konservasi.

Dengan memberi makan buaya di habitatnya, ia berharap bisa mengelola kecemasan masyarakat dan sekaligus menciptakan manfaat ekonomi bagi daerah dan penduduknya.

Keterlibatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal, dengan turis yang mengeluarkan uang untuk transportasi, konsumsi, akomodasi, hiburan, oleh-oleh, dan lainnya.

Penting untuk diingat bahwa wisata tidak selalu terkait dengan pantai, laut, atau pemandangan alam. Halikinnor memberikan contoh sukses dari wisata Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat yang telah mendunia. Melibatkan wisatawan dalam memberi makan orangutan dijadwalkan memberikan hiburan menarik, sekaligus mendukung pelestarian satwa langka tersebut.

"Wisatawan diajak melihat petugas memberi makan orangutan di tempat dan waktu yang sudah dijadwalkan. Ini suguhan menarik bagi wisatawan, khususnya turis asing. Selain itu, naluri binatang itu mereka akan datang ketika diberi makan. Kalau kenyang, mereka tidak memangsa lagi," jelas Halikinnor.

Dalam rencananya, Halikinnor berencana melibatkan instansi terkait untuk meninjau lokasi potensial yang menjadi habitat buaya dan bekantan. Apabila layak dan mempertimbangkan berbagai aspek, lokasi tersebut dapat menjadi opsi untuk merealisasikan wacana wisata buaya.

Jika ide ini terealisasi, pemerintah daerah akan mengalokasikan anggaran untuk operasional pengelolaan wisata buaya. Wisatawan akan dapat merasakan pengalaman unik memberi makan buaya langsung di habitatnya di alam bebas.

Meskipun Halikinnor mengakui adanya pro dan kontra dalam setiap wacana, dia mengajak masyarakat untuk berpikir jernih, karena tujuan pemerintah adalah memberikan manfaat positif bagi masyarakat. (red)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda