Uskup Keuskupan Palangka Raya, Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF. |
Dengan setiap detail dihiasi putih, mencerminkan kesucian dan keagungan, gereja menjadi tempat yang sarat makna bagi umat yang berkumpul.
Misa Kamis Putih, sebagai peringatan atas perjamuan terakhir Yesus Kristus dengan murid-murid-Nya, menjadi momen introspeksi mendalam bagi umat Katolik.
Uskup Keuskupan Palangka Raya, Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF. dalam wawancara dengan media setelah memimpin perayaan tersebut, menyampaikan makna mendalam dari peristiwa itu.
“Kamis Putih adalah dimana kita memperingati perjamuan Tuhan Yesus Kristus bersama para murid-Nya. Dalam perjamuan terakhir itu, Yesus secara simbolis memberikan diri-Nya melalui roti dan anggur, yang melambangkan tubuh dan darah-Nya yang diserahkan untuk penebusan dosa umat manusia,” kata Uskup Keuskupan Palangka Raya, Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, Kamis (28/3/2024)
Lebih jauh, ia menyoroti ajaran Yesus tentang pelayanan dan pengorbanan melalui tindakan-Nya membasuh kaki para murid-Nya.
Tindakan ini, yang pada zamannya dianggap sebagai pekerjaan seorang budak, menjadi lambang kesederhanaan dan kehendak-Nya untuk melayani.
“Itulah artinya penebusan, memberikan diri dan mengorbankan diri demi keselamatan orang lain. Yesus juga menunjukkan kerendahan hati-Nya dengan membasuh kaki para murid-Nya. Itu sebenarnya tindakan seorang budak, tetapi Yesus justru melakukannya untuk menunjukkan kerendahan hati dan mau melayani sesama,” ungkapnya.
Saat pembasuhan kaki dilakukan oleh seorang imam, setiap langkahnya disertai dengan konsentrasi dan penghormatan kepada ajaran yang telah diajarkan Yesus.
“Jadi pada waktu itu, Yesus membasuh kaki para kedua belas rasul. Sementara itu, di Gereja Katedral ini memilih 12 orang dari ketua lingkungan untuk menjadi wakil dari para rasul itu dan imam atau uskup yang memimpin itu memperagakan pembasuhan kaki,” jelasnya.
Para umat, dalam momen tersebut, dipanggil untuk merenungkan betapa pentingnya melayani sesama dengan rendah hati dan kesediaan untuk berkorban.
“Oleh karena itu, umat yang tadi mengikuti perayaan ini diharapkan harus meneruskan pengorbanan dan pemberian dirinya kepada masyarakat, dan orang-orang yang ditemui baik itu di tempat tinggal, tempat kerja,” harapnya.
Dengan demikian, Misa Kamis Putih bukan hanya sebuah perayaan ritual, tetapi juga panggilan rohani untuk setiap umat Katolik untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus dan menjadi teladan kasih bagi dunia.
Pewarta : Antonius Sepriyono