LIPUTANSBM.COM, Palangka Raya – Tarian tradisional yang menggema, aroma masakan khas Dayak yang menyengat hidung, hingga derai tawa anak-anak yang mewarnai halaman Kantor Wali Kota Palangka Raya, menjadi tanda dimulainya Festival Palangka Raya 2025. Festival ini resmi dibuka oleh Wali Kota Palangka Raya, Fairid Naparin, pada Kamis (24/4/2025), di Jalan Tjilik Riwut KM 5,5.
Festival tahunan yang telah menjadi ikon kebudayaan Kota Cantik ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 24 hingga 26 April 2025. Lima kecamatan dari seluruh wilayah kota ambil bagian, mempersembahkan kekayaan seni dan tradisi leluhur Dayak Kalimantan Tengah dalam 14 cabang lomba budaya.
Acara pembukaan turut dihadiri Wakil Wali Kota Achmad Zaini, Ketua TP-PKK Alvina Fairid Naparin, kepala OPD, tokoh masyarakat, serta ratusan warga yang memadati arena kegiatan.
Bagi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya, Hj. Iin Hendrayati Idris, S.Sos., M.M., festival ini bukan hanya soal kompetisi. Ia menekankan pentingnya acara sebagai bentuk penguatan jati diri masyarakat Kalimantan Tengah.
“Kegiatan ini menjadi wadah untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan Dayak, serta sebagai bentuk kontribusi dalam menjaga fondasi budaya kebangsaan yang berlandaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Iin dalam laporannya.
Sebanyak 14 cabang lomba digelar, mulai dari Lomba Masakan Sukup Simpan yang menyajikan kekhasan kuliner Dayak, hingga Lomba Sepak Sawut, permainan tradisional yang sarat nilai sportivitas dan ketangkasan. Tak kalah menarik, lomba-lomba seperti Karungut, Manyipet, dan Lukis Ornamen memperlihatkan keluwesan kreativitas masyarakat dalam menafsirkan warisan budaya dalam bentuk modern.
Di tengah derasnya arus globalisasi, Festival Palangka Raya tampil sebagai benteng kultural. Melalui panggung ini, generasi muda dikenalkan kembali dengan tradisi yang perlahan mulai terpinggirkan. Di antara mereka yang hadir, semangat pelestarian menjadi benang merah dari setiap tarikan gendang dan sapaan penari.
Sihen yang merupakan Camat Rakumpit, saat ditemui awak media, menyatakan keterlibatan kecamatannya bukan semata mengejar gelar juara.
“Untuk target juara kita sulit diprediksi, yang pasti partisipasinya dulu untuk melestarikan budaya kita,” tuturnya singkat namun sarat makna.
Festival tahun ini juga mengedepankan inklusivitas. Lomba mewarnai bagi siswa TK dan SD membuka ruang ekspresi bagi anak-anak, sementara fashion show yang melibatkan pejabat OPD, anggota Dharma Wanita, Tim Penggerak PKK, hingga Forum Keluarga Wakil Rakyat menambah warna tersendiri. Tak ketinggalan, bazaar UMKM binaan Dekranasda turut meramaikan dengan produk lokal yang menjadi tulang punggung ekonomi kreatif daerah.
Wali Kota Fairid Naparin menutup sambutannya dengan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung keberlangsungan acara. Ia menegaskan, Festival Palangka Raya adalah milik bersama, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan menjaga warisan leluhur.
Dalam era yang menuntut percepatan pembangunan, Festival Palangka Raya menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak boleh membuat kita tercerabut dari akar. Sebaliknya, ia harus tumbuh berdampingan dengan budaya — menjadi ruang di mana identitas lokal dirayakan, bukan dilupakan.
Pewarta: Andy Ariyanto