![]() |
Ketua TP-PKK Kota Palangka Raya, Avina Fairid Naparin. |
LIPUTANSBM, PALANGKA RAYA – Dalam suasana hangat menjelang peringatan Hari Kartini, Ketua TP-PKK Kota Palangka Raya, Avina Fairid Naparin, membagikan momen reflektif melalui akun Instagram resmi prokompimpky, Bukan sekadar unggahan seremonial, video tersebut memperlihatkan Avina tengah membacakan sepenggal surat Raden Ajeng Kartini bertanggal 6 November 1899, yang ditujukan kepada sahabat penanya, Estelle Zeehandelaar.
Dalam video berdurasi singkat itu, Avina menyuarakan kembali pemikiran Kartini tentang membatik—sebuah aktivitas yang oleh sebagian orang kala itu hanya dipandang sebagai pekerjaan perempuan di dapur belakang. Namun di tangan Kartini, membatik menjelma menjadi simbol kebudayaan yang sarat makna estetika dan memiliki potensi ekonomi luar biasa.
“Surat itu membuktikan bahwa bahkan dalam ruang geraknya yang terbatas, Kartini telah mengangkat batik sebagai warisan budaya yang layak diperkenalkan ke dunia,” ujar narasi yang tertulis dalam kanal instagram tersebut.
Tak hanya menyingkap lapisan kultural batik, Kartini juga menggunakannya sebagai pintu dialog lintas bangsa—jauh sebelum konsep soft diplomacy dikenal dalam kancah global.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kampanye nasional bertajuk “21 Hari Membaca Kartini”, sebuah inisiatif yang mengajak publik untuk kembali menyelami pemikiran Kartini secara langsung melalui surat-surat yang ditulis dengan ketulusan, keberanian, dan cinta terhadap bangsanya.
Gerakan ini menekankan pentingnya membaca sumber primer sebagai cara untuk memahami semangat emansipasi dari perspektif Kartini sendiri bukan dari narasi yang telah disederhanakan.
Surat Kartini yang dibacakan Avina bahkan tercatat dalam jurnal internasional, menandakan bahwa resonansi pemikiran sang pahlawan emansipasi perempuan ini telah menembus batas geografis dan budaya. Kartini tidak hanya menulis untuk kaumnya di tanah Jawa, tetapi juga untuk dunia yang lebih luas dengan pena sebagai senjatanya dan kain batik sebagai simbol identitasnya.
Dalam penutup video, Avina menyampaikan pesan sederhana namun sarat makna: “Mari terus jaga, rawat, dan banggakan budaya kita—seperti Kartini yang menjahit masa depan lewat surat dan semangat.”
Kampanye ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya seperti batik bukan sekadar artefak yang diam di museum, melainkan entitas hidup yang terus bernafas dalam keseharian, dalam ingatan kolektif, dan dalam tindakan nyata mereka yang bersedia membaca ulang dan meneruskan makna.
Dengan membaca kembali surat-surat Kartini, publik diajak untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga melanjutkan perjuangan kulturalnya. Sebab sebagaimana Kartini percaya, kemajuan sebuah bangsa tak hanya diukur dari infrastrukturnya, tetapi juga dari bagaimana ia merawat jati diri dan kebudayaannya.
Pewarta : Andy Ariyanto